|
Talkshow Ruang Publik KBR Pendidikan bagi Anak Disabilitas dan Kusta |
21/10/2022 - Hai temem momi hari ini aku seneng banget karena telah mengikuti Talkshow Ruang Publik KBR yang diselenggarakan oleh NLR Indonesia di kanal YouTube milik Berita KBR. KBR sendiri adalah sebuah radio berjaringan yang berpredikat terverifikasi oleh Dewan Pers. Talkshow ini merupakan serial Suara untuk Indonesia Bebas Kusta (SUKA).
Hari ini aku ingin berbagi cerita insight apa yang aku dapatkan setelah mengikuti Talkshow Ruang Publik KBR : Pendidikan bagi Anak dengan Disabilitas dan Kusta.
Acara yang dipandu oleh Kak Rizal Wijaya sebagai Host ini berlangsung selama satu jam. Dengan nara sumber Bapak Anselmus Gabies Kartono selaku founder Yayasan Kita Juga (Sankita), Bapak Frans Patut, S.Pd selaku Kepala Sekolah SDN Ranggawatu Manggarai barat. Juga disertai testimonial dari anak didik Ignas Carly siswa kelas 5 kategori disabilitas di SDN Ranggawatu Manggarai barat.
Menurut fakta yang disebutkan dalam acara tersebut, bahwa Indonesia masih dihadapkan pada masalah pencegahan dan pengendalian penyakit kusta. Data WHO pada tahun 2020 menyebutkan Indonesia masih menyumbang kasus baru kusta nomer 3 terbesar di dunia dengan jumlah kasus 8% dari kasus dunia.
Masih banyak penderita kusta di wilayah-wilayah Indonesia sebanyak 9061 kasus baru kusta termasuk kasus baru kusta pada anak. Per 13 Januari 2021 kasus baru kusta pada anak mencapai 9,14% dimana angka ini belum mencapai target pemerintah yaitu dibawah angka 5%.
Masalah disabilitas dengan berbagai faktor dan juga kusta ini disertai dengan masalah terjebak diskriminasi di lingkungan sosial. Penyandang disabilitas sering mendapatkan kekerasan, perlakuan dan pola asuh yang salah, pendidikan dan lingkungan sosial yang belum memadai.
Oleh karenanya, perlu adanya komitmen seluruh pihak untuk membenahi dalam hal pengasuhan, tumbuh kembang yang baik, pendidikan dan masa depan yang baik, terutama mendapatkan hak dalam bidang pendidikan yaitu pendidikan inklusi.
Perjalanan Sekolah Inklusi SDN Ranggawatu Manggarai Barat
|
Talkshow Ruang Publik KBR Pendidikan anak Disabilitas dan kusta |
Bagaimana perjalanan sebuah SDN Ranggawatu Manggarai Barat bertransformasi menjadi sekolah inklusi dituturkan oleh Bapak Frans Patut, S.Pd bahwa beliau berpedoman pada "UUD 1945 Pasal 31 Ayat 1 bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan".
Kondisi yang saat itu beliau temui adalah di kabupaten Manggarai Barat sangat minim sekali sekolah inklusi, padahal banyak ditemukan disetiap kampung terdata anak usia sekolah dengan kategori berkebutuhan khusus. Dan terkendala jarak Sekolah SLB yang terlalu jauh.
Maka beliau termotivasi untuk menyelenggarakan pendidikan Inklusi di SDN Ranggawatu Manggarai Barat, dengan cara bermitra dengan Yayasan Kita Juga (Sankita), sebelum tahun 2017 SDN Ranggawatu Manggarai Barat sudah menerima siswa penyandang Disabilitas hanya saja belum ada dasar hukum inklusi di sekolah.
Hingga secara administratif pada tahun 2017 Dinas Provinsi menerbitkan SK Penyelenggaraan Sekolah Inklusi SDN Ranggawatu Manggarai Barat. Dan saat ini ada 7 siswa disabilitas yang bersekolah disana. Termasuk Ignas Carly yang sekarang menjadi siswanya di kelas 5.
Awalnya, Ignas Carly mengaku sempat di ledek oleh beberapa teman sekolahnya, namun dengan bantuan penyuluhan dan sosialisasi pihak sekolah dan yayasan Sankita, keberadaan siswa disabilitas seperti Ignas Carly dan teman lainnya bisa diterima dan berbaur di lingkungan sekolah.
Menurut Ignas Carly saat ditanya Host Kak Rizal Wijaya, dia menuturkan bahwa dia senang bersekolah di sekolah negeri karena bisa menambah teman baru dan suka pada guru yang mengajar dengan gaya lucu dan mendukung keberadaan dirinya.
Yayasan Kita Juga
Yayasan Kita Juga (Sankita) ini merupakan organisasi sosial yang bergerak dalam bidang pemberdayaan penyandang Disabilitas di kabupaten Manggarai Barat dengan metode Rehabilitasi bersumber daya masyarakat, berdiri sejak tahun 2007, yang resmi menjadi sebuah yayasan pada tahun 2017.
Sankita sendiri bergerak dengan melakukan survei ke sekolah-sekolah dan menemukan bahwa banyak sekali persiapan yang harus di perhatikan seperti kesiapan guru dan sarana fisik yang belum memadai, akomodasi yang mudah di akses oleh anak disabilitas.
Sankita melakukan pelatihan dan penyuluhan untuk meningkatkan kapasitas para guru, mensosialisasikan kepada guru, komite, dan orang tua murid agar sudut pandang tentang sekolah inklusi sejalan, dan setuju bahwa sekolah inklusi adalah sekolah yang mengikutsertakan atau memberi kesempatan pada anak-anak berkebutuhan khusus untuk bersama melakukan kegiatan belajar di sekolah.
Program-program yang dilakukan oleh Yayasan Kita Juga (Sankita) diantaranya :
- Pelatihan Mengidentifikasi dan Asassement ABK dimana para guru diberi pemahaman apa itu Anak Berkebutuhan khusus/ Disabilitas, Jenis-jenis disabilitas, permasalahan yang dihadapi disabilitas/ anak berkebutuhan khusus, apa saja kebutuhan anak disabilitas.
- Perencanaan dan Strategi. Dari pelatihan identifikasi dan Asassement diatas, para guru akan mampu menyusun rencana dan strategi menghadapi ABK, misalnya saat menghadapi jenis anak berkebutuhan khusus sensorik netra dengan satu mata yang masih berfungsi, maka guru akan merancang strategi pembelajaran dan materi yang akan diberikan, apakah dengan tulisan yang agak besar, atau mengatur posisi duduk anak di barisan depan agar memudahkan melihat, dan lain sebagainnya. Tergantung dari jenis ABK yang dihadapi.
- Memotivasi orang tua siswa. Meyakinkan orang tua murid bahwa anak berkebutuhan khusus bisa bersekolah di sekolah inklusi.
- Pelatihan di Balai Kantor Kepala Desa dan Ikut Berpartisipasi mengikuti Kegiatan Pembangunan Desa. Dengan kegiatan ini diharapkan membuka mata masyarakat bahwa anak disabilitas bisa berkembang dan melakukan tugas seperti masyarakat lainnya jika terus di dukung dan difasilitasi oleh semua pihak, terutama ditengah masyarakat.
Kesimpulan
Aku pribadi sangat mengapresiasi gagasan Bapak Frans Patut, S.Pd dan pihak sekolah, juga Bapak Anselmus Gabies Kartono selaku founder Yayasan Kita Juga (Sankita) karena telah sangat berjuang dalam dunia pendidikan dan sosial anak berkebutuhan khusus di daerah Manggarai Barat dan bisa menginspirasi dunia pendidikan di Indonesia.